ORGANIZATIONAL DEVELOPMENT
ORGANIAZATIONAL DEVELOPMENT
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada tahun-tahun
terakhir ini beberapa kekkuatan mengakibatkan kebutuhan akan usaha-usaha
pengembangan organisasi. Perubahan-perubahan yang cepat dan sering tidak
terduga menimbulkan masalah-masalah untuk menyesuaikan anggota dan mekanisme
organisasi. Kemajuan-kemajuan dalam pengetahuan dan teknik ilmu perilaku
baru-baru ini terbuka bagi para pejabat pimpinan. Sekarang ada kepentingan yang
lebih besar untuk mengatasi masalah-masalah manusia dan organisasi yang dahulu
kala tidak kita kenal. Perhatian sekarang dicurahkan pada penyatuan kebutuhan
individu dengan tujuan organisasi, membuat mekanisme untuk mengurangi
pertentangan yang bersifat merusak, dan menghasilkan kerja sama yang
sungguh-sungguh untuk menyesuaikannya dengan perubahan-perubahan dalam lingkungan
sosial ekonomi.Pengembangan organisasi merupakan sesuatu yang relative baru
yang dengan cepatnya berubah sebagai akibat pengetahuan-pengetahuan baru.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
sejarah pengembangan organisasi ?
2. Apa
definisi pengembangan organisasi ?
3. Apa
ciri-ciri terjadinya pengembangan organisasi dalam sebuah organisasi ?
4. Apa
yang menyebabkan terjadinya pengembangan organisasi ?
5. Apa
saja tahap-tahap pengembangan organisasi ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH
PENGEMBANGAN ORGANISASI
Sejarah
pengembangan organisasi dimulai pertama kali saat Kurt Lewin dan para
pegawainya membentuk National Training Laboratories (NTL) – Institute for
Applied Behavioral Science di Bethel, Maine pada akhir tahun 1940-an. Mereka
membentuk sebuah kelompok lokakarya yang diberi nama T-Group (T singkatan dari
training) dan melakukan latihan kelompok didalam laboratorium. Lokakarya ini
nantinya menyediakan manajer-manajer yang diterjunkan dalam
perusahaan-perusahaan dan organisasi-organsasi. Hasilnya, mereka menyimpulkan
bahwa individu-individu dapat belajar dari pengaruh timbal balik mereka sendiri
dengan mengikuti situasi-situasi kelompok kecil.
Riset kedua,
yang juga diadakan oleh Lewin meneliti tentang umpan balik survei. Pada tahun
1948, diadakan penyelidikan sikap pegawai dan manajemen secara luas di Detroit
Edison Company. Hingga sekarang, studi riset ini masih berlangsung dan
dilakukan oleh Institute for Social Research pada Universitas Michigan. Menurut
French dan Bell, “Pengembangan organisasi berasal dari ilmu perilaku terapan
dan ilmu jiwa sosial dan dari usaha-usaha berikutnya untuk menerapkan latihan
di dalam laboratorium dan penglihatan umpan balik survei menjadi sistem total”.
Pada akhir tahun
1950-an, Herbert Shepard melakukan riset tindakan pada Esso Standard Oil. Riset
tindakan adalah suatu ancangan berdasarkan data terhadap pemecahan masalah yang
membantu mengenal intervensi-intervensi pengembangan organisasi yang dapat
meningkatkan keefektifan organisasi. Kemudian dengan bergabungnya Robert Blake,
mereka bersama-sama mengadakan latihan kepekaan (sensitivity training program)
bagi para manajer. Pada tahun 1962, John Paul Jones mendirikan suatu departemen
pengembangan organisasi yang menerapkan teori dari beberapa tokoh seperti,
Douglas McGregor, Rensis Likert, dan Manson Haire. Teori X dan Teori Y yang
dikemukakan oleh Douglas McGregor, pernah diterapkan pada Union Carbide Corporation
untuk membentuk kemampuan pengembangan organisasi.
Dari begitu
banyaknya permasalahan yang timbul pada saat terjadinya proses pengembangan
organisasi, berikut disimpulkan dalam tujuh garis besar masalah yang penting :
1.
Pertentangan
Tujuan, yaitu adanya perbedaan tujuan
manajerial yang diterapkan saat ini dengan keadaan organisasi karena mungkin
saja tujuan tersebut masih berdasarkan praktik-praktik yang terjadi di masa
lampau.
2.
Komunikasi
yang Tidak Baik, contohnya didalam
sebuah perusahaan seperti kurangnya transparansi data antar anggota dalam
perusahaan sekalipun data itu berguna untuk kemaujuan perusahaan, tidak ada
suasana pemecahan masalah, baik masalah-masalah yang seharusnya diabaikan atau
disembunyikan.
3.
Pertentangan
Didiamkan, adanya kegagalan mengkronfontasikan
pertentangan dalam organisasi dengan menyangkal eksistensinya, atau
menyembunyikannya.
4.
Kerja
Sama yang Kurang Baik, kurangnya kepercayaan antar individu dalam
organisasi tersebut dan malah meningkatnya filsafat persaingan dala diri
masing-masing individu.
5.
Persaingan
yang Bersifat Merusak, dapat digambarkan
dengan keadaan kelompok-kelompok yang saling bergantung, kurangnya korodinasi,
tujuan-tujuan yang sebenarnya, dan sebagainya.
6.
Pengambilan
Keputusan yang Salah, yaitu pengambilan
keputusan berdasarkan peran status bukan berdasarkan pengetahuan dan tidak
dekat dengan informasi.
7.
Tanggapan
yang Lamban Terhadap Perubahan, karena
organisasi yang kaku dan sulit mengadakan perubahan, sementara lingkungan terus
berkembang pesat. Perubahan terkesan dipaksakan, tidak sesuai tujuan, dan tidak
terencana dengan baik.
B.
DEFINISI
1.
Secara umum,
Organizational Development (OD) adalah sebuah proses perubahan sistematis dan
terencana yang manggunakan pengetahuan dan teknik-teknik perilaku untuk
meningkatkan kesehatan dan efektivitas organisasi melalui kemampuannya untuk
beradaptasi pada lingkungan, meningkatkan hubungan-hubungan internal, serta
meningkatkan kemampuan pembelajaran dan pemecahan masalah.
2.
Pengembangan organisasi
adalah peningkatan kemampuan organisasi untuk mencapai tujuannya dengan
memanfaatkan potensi manusia secara lebih efektif dan mengevaluasi setiap
perubahan dan mengarahkannya secara konstruktif. (Panitia Istilah Manajemen
Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen dalam Kamus Istilah Manajemen)
3.
Pengembangan
organisasi, sebagai teori manajemen, berarti serangkaian konsep, alat dan
teknik untuk melakukan perencanaan jangka panjang dengan sorotan pada hubungan
antara kelompok kerja dan individu dikaitkan dengan perubahan-perubahan yang
bersifat structural. (Prof. Dr. Sondang P. Siagian, M.P.A. dalam bukunya, Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku
Administrasi)
4.
Pengembangan organisasi
sebagai suatu strategi pendidikan yang kompleks yang dimaksudkan untuk mengubah
kepercayaan, sikap, nilai, dan struktur organisasi supaya semuanya itu dapat
lebih baik menyesuaikan diri dengan teknologi, pasar, dan rintangan-rintangan
baru, dan dengan kecepatan luar biasa dari perubahan itu sendiri. (Edwin B.
Flippo dalam bukunya Personal Management)
5.
Pengembangan organisasi
dapat didefinisikan sebagai suatu usaha yang dibantu oleh manajemen puncak,
untuk meningkatkan kefektifan sistem total (organisasi) melalui serangkaian
campur tangan yang direncanakan. (Burt Scanlan dan J. Bernard Keys dalam buku
mereka, Management and Organizational
Behavior)
C.
CIRI-CIRI
PENGEMBANGAN ORGANISASI
Kennerth N.
Wexley, Ph.D. dan Gary A. Yuki, Ph.D. dalam buku mereka yang berjudul Organizational Behavior and Personnel
Psychology mengemukakan 13 ciri umum pengembangan organisasi
1.
Pengembangan organisasi
mengandung suatu sistem organisasi total, artinya pengembangan organisasi dapat
dilakukan secara serentak pada sub-sub sistem yang memiliki kebebasan untuk
menentukan dan merencanakan masa depannya.
2.
Pengembangan organisasi
memandang organisasi dari sudut ancangan atau pendekatan sistem, artinya sebuah
organisasi merupakan sebuah sistem yang terdiri dari unit-unit yang saling
berhubungan, dimana ketika terjadi perubahan di satu unit akan berpengaruh pada
unit yang lain.
3.
Pengembangan organisasi
dibantu oleh manajemen puncak, artinya manajemen puncak harus menunjukkan rasa
tanggung jawabnya akan pengelolaan organisasi dengan melakukan tindakan
perubahan yang nyata.
4.
Sering digunakan
pelayanan seorang perantara perubahan pihak ketiga, artinya menggunakan
perantara perubahan yang berasal dari dalam organisai tetapi bersifat ekstern
terhadap sub unit yang mengusulkan penerapan suatu perubahan.
5.
Pengembangan organisasi
merupakan suatu usaha terencana, artinya suatu perubahan merupakan hasil dari
diagnosis, merupakan rencana terinci, dan pengarahan sumber daya didalamnya
untuk mencapa tujuan perubahan.
6.
Pengembangan organisasi
dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan kesehatan organisasi, artinya
keefektifan seberapa tinggi tujuan yang hendak dicapai perusahaan dan
keefisienan jumlah sumber daya yang dikerahkan untuk mencapai tujuan tersebut
menjadi indikatornya. Bisa saja, sebuah organisasi yang efektif tapi tidak
efisien, ataupun sebaliknya.
7.
Pengembangan organisasi
menggunakan pengetahuan ilmu perilaku, artinya pengembangan organisasi
berdasarkan atas pengetahuan dan teknologi yang diperoleh dari berbagai ilmu
perilaku seperti, kepemimpinan, komunikasi, motivasi, penentuan tujuan, ilmu
pengetahuan, dan sebagainya.
8.
Pengembangan organisasi
merupakan suatu proses jangka panjang, artinya diperluka waktu yang tidak
singkat untuk menerapkan suatu perubahan yang berarti dan bersifat abadi.
9.
Pengembangan organisasi
merupakan suatu proses yang terus menerus, tanpa berhenti, artinya pengembangan
organisasi merupakan proses yang terus menerus dan dinamis. Pelaksana harus
segera merubah strategi sebagai akibat dari berbagai masalah dan kejadian yang
muncul selama berlangsungnya proses perubahan.
10.
Pengembangan organisasi
terutama memusatkan pada pengubahan sikap, perilaku, dan hasil kerja kelompok
atau tim organisasi, ketimbang pada individu.
11.
Pengembangan organisasi
terutama bertumpu pada pengalaman seperti bertentangan dengan pengetahuan
didaktik, artinya dalam prosesnya meskipun diperlukan semacam penyuluhan
melalui ceramah, seminar, dan sebagainya, tetapi lebih banyak bertumpu pada
praktik secara langsung oleh tiap-tiap anggota organisasi.
12.
Pengembangan organisasi
menggunakan suatu model campur tangan riset tindakan, artinya aspek-aspek kunci
model mengandung pengumpulan data riset tentang suatu sistem yang terus-menerus
oleh perantara perubahan, melakukan diagnosis pendahuluan, mengumpanbalikkan
dan membicarakan data ini dengan kelompok klien, perencanaan tindakan bersama
oleh peranatara dan klien, tindakan dan diagnose ulangan.
13.
Pengembangan organisasi
menekankan pentingnya penentuan tujuan dan kegiatan perencanaan, artinya
mengajari tiap-tiap individu dan kelompok mengenai tujuan-tujuan yang dapat diukur
dan realistis, serta perwujudannya dalam tindakan nyata.
PENGEMBANGAN ORGANISASI KARENA ADANYA PERUBAHAN
Pengembangan
organisasi diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan kemampuannya
beradaptasi dengan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berubah. Di masa
depan berbagai jenis organisasi hanya akan berkembang dan maju apabila cepat
tanggap terhadap perubahan lingkungan yang sangat pesat. Tuntutan mewujudkan
perubahan dapat timbul dari dua sumber yaitu dari dalam maupun dari luar
organisasi. Dengan perkataan lain, setiap organisasi harus selalu peka terhadap
aspirasi, keinginan, tuntutan, dan kebutuhan berbagai kelompok dengan siapa
organisasi berinteraksi. Berbagai kelompok itu dikenal dengan istilah
pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders), yaitu para manajer, karyawan,
pemegang saham, pemasok, pelanggan, serikat pekerja, dan pemerintah.
Masing-masing kelompok tersebut memiliki peranan dan cara masing-masing dalam
menghadapi perubahan yang terjadi. Adapun berbagai faktor yang menyebabkan
terjadinya perubahan, yaitu :
1.
Tantangan
Utama Masa Depan, yaitu menjadikan organisasi
menjadi organisasi yang lebih baik dalam hal efektivitas kerjanya. Tidak peduli
bagaimana bentuk, sasarn, strategi, dan bidang dari organisasi tersebut.
2.
Perubahan
dalam Konfigurasi Ketenagakerjaan, yaitu dalam
hal nilai kekaryaan yang berbeda antar generasi pekerja dahulu dan sekarang.
Selain itu, dalam hal keanekaragaman yang paling menonjol terlihat pada makin
banyaknya wanita karier dalam berbagai organisasi yang jabatannya tidak bisa
dikatakan biasa saja. Untuk itu, diperlukan kemampuan untuk mengubah
kebijaksanaan manajemen sumber daya manusia seperti dalam hal penempatan, alih
tugas, promosi, alih wilayah kerja, jam kerja, pengaturan cuti tahunan, sistem
imbalan, dan sebagainya.
3.
Tingkat
Pendidikan Para Pekerja, dapat dilihat dari
semakin tingginya tingkat pendidikan formal diberbagai negara yang juga
meningkatkan harapan dalam hal karier dan perolehan pekerjaan serta
penghasilan. Namun permasalahan yang sering ditemui sekarang yaitu adanya
kesenjangan antara ketersediaan lapangan kerja dengan tingkat dan jenis
pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki para calon pencari kerja.
4.
Teknologi,
yang semakin pesat perkembangannya dalam rangka pemenuhan kecepatan akses
informasi. Berbagai perangkat lunak maupun perangkat keras computer mengalami
perkembangan penggunannya yang semakin canggih dan tingkat otomasinya serta
kegunaannya semakin meluas. Untuk itu, diperlukan adaptasi pemahaman yang juga harus
ikut berubah seiring perubahan teknologi yang digunakan dalam suatu lingkungan
kerja.
5.
Situasi
Perekonomian, dunia mengalami berbagai
perkembangan, baik yang positif maupun yang negative, yang pada gilirannya
berakibat pada perubahan dalam cara mengelola organisasi pada tingkat mikro.
Berbagai kejutan terjadi yang menuntut perubahan dalam kehidupan
organisasional. Diperlukan sikap tanggap dan mengantisipasi perubahan yang
sangat tinggi untuk mengatasinya.
6.
Berbagai
Kecenderungan Sosial, dilihat dari segi pelanggan
dan pekerja yang tergabung dalam organisasi. Adanya perubahan preferensi
pelanggan yang bisa saja dipengaruhi olehkeragamn tingkat penedidikan,
kemampuan finansial yang meningkat, perubahan status sosial, pertimbangan
gengsi, dan sebagainya. Dari segi pekerja, kecenderungan yang terjadi yaitu
meningkatnya pekerja yang menjadi orang tua tunggal yang harus mencari nafkah
untuk menghidupi keluarganya. Hal ini juga menjadi salah satu pertimbangan
manajemen dalam mengambil keputusan.
7.
Faktor
Geopolitik, perubahan yang terjadi memberikan
peluang terbukanya pasaran baru yang sangat luas dengan jumlah penduduk yang
besar sebagai potensi pembeli berbagai komoditi yang diproduksi. Untuk itu
diperlukan kepekaan dalam melihat perubaha yang terjadi tidak hanya pada
lingkungan internal melainkan juga mencapai lingkungan eksternal. Perubahan
geopolitik dunia terjadi mulai dari runtuhnya pemerintahan diktatorial yang
menganut paham komunisme di negara-negara Eropa Timur hingga gagalnya consensus
dikalangan politisi untuk menerapkan paham komunisme.
8.
Persaingan,
sudah menjadi salah satu ciri bisnis yang selalu dijumpai. Dalam lingkup dunia,
persaingan tajam terjadi pada perusahaan-perusahaan multi nasional yang
memproduksi komoditi yang sejenis. Maka manajemen yang inovatif sangat
diperlukan dalam menghadapi problem semacam ini
9.
Pelestarian
Lingkungan, diimplikasikan dalam beberapa hal
seperti kurangnya pemahaman akan jenis-jenis sumber daya alam yang dapat
diperbaharui ataupun tidak, pemeliharaan keseimbangan “eco-system”, terjadinya
polusi udara, dan makin banyaknya limbah. Tentunya tanggung jawab pelestarian
lingkungan ini ditanggung secara bersama-sama oleh berbagai pihak. Contoh nyata
aksi pelestarian lingkungan yang marak dilakukan saat ini yaitu penerapan
pembangunan ekonomi yang berwawasan lingkungan.
MODEL
PERUBAHAN ORGANISASI
Dari beberapa
teori yang membahas perubahan organisasi, seperti Konsep Perubahan Lewin,
Perubahan Terencana Lippit, Watson & Westley, dan Riset terapan Frohman,
Sashkin & Karvanaugh. Model perubahan yang paling sederhana dan pertama
kali diajukan oleh Kurt Lewin menyatakan bahwa perubahan melalui tiga tahap
proses, yaitu :
1.
Unfreezing,
yaitu memperlemah dukungan structural sistem yang membutuhkan perubahan.
Tujuannya adalah agar sistem mau membuka diri terhadap perubahan.
2.
Change,
yaitu menggerakkan sistem menuju kearah yang baru.
3.
Refreezing,
yaitu memperkuat perubahan yang terjadi, dengan memberikan dukungan dan
stabilitas untuk mencegah sistem agar tidak kembali ke kondisi yang lama.
Perubahan
terencana (planned change) pertama
kali dikembangkan oleh Lippit, Watson, dan Westley (1958), dan telah
dimodifikasi oleh Huse (1980). Model ini mengajukan proses tujuh langkah yang
digambarkan sebagai berikut
A.
Scouting
Untuk
mendahului pelaksanaan suatu perubahan, diperlukan kesadaran tentang perlunya
perubahan melalui persepsi dalam organisasi bahwa organisasi akan
menghadapi berbagai masalah apabila perubahan itu tidak dilakukan. Persepsi
itulah yang menjadi kerangka acuan utama seorang agen pengubah karena apapun
yang dikerjakannya kemudian adalah dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi
oleh klien menurut pandangan klie tersebut, bukan menurut konsultan yang
bersangkutan. Bentuk kesadaran itu dapat berupa persepsi bahwa organisasi
berada pada kondisi ketidakseimbangan atau memerlukan perbaikan.
Persepsi
tentang perlunya perubahan harus mengejawantah dalam kebutuhan yang benar-benar
dirasakan karena hanya dalam kondisi demikianlah para anggota organisasi dapat
diyakinkan bahwa dalam upaya mencapai tujuan dan berbagai sasaran organisasi,
diperlukan cara kerja baru, metode kerja baru, inovasi dan bahkan mungkin strategi
dan visi yang baru.
Selanjutnya
pada tahap ini termasuk juga mulai masuknya peran konsultan. Agar
berperan secara efektif, agen perubahan (konsultan) dapat berasal dari
internal, eksternal, maupun campuran, berikut penjelasannya :
1. Agen
perubahan dari luar adalah karyawan sementara dalam sebuah organisasi, karena
hanya terlibat selama proses perubahan. Mereka biasanya adalah seorang
konsultan swasta atau profesor-profesor dari universitas yang berpengalaman dan
memiliki fokus keahlian pada perilaku individu atau kelompok dalam lingkungan
organisasinya. Pada umumnya, perusahaan besar yang memiliki kantor pusat
menugaskan mereka sementara waktu pada unit-unit yang lebih kecil untuk
melakukan perubahan organisasi. mereka bekerja sesuai kontrak dan perjanjian
mengenai kondisi perubahan seperti apa yang diinginkan perusahaan tersebut,
setelah tugasnya selesai mereka akan kembali lagi ke kantor pusat.
2. Agen
perubahan dari dalam adalah individu yang bekerja pada organisasi yang sudah
mengetahui permasalah-permasalahannya, individu ini memiliki dorongan yang kuat
akan perlunya perubahan pada organisasi tersebut. Tanda-tanda kemajuan yang
ditunjukkan meliputi pemecahan masalah-masalah antar departemen, pembagian
sumber daya, dan pengembangan sikap-sikap yang mendorong kerja sama dan
pembagian ide.
3. Pendekatan
ini menggunakan gabungan kelompok perubahan luar-dalam untuk mengintervensi dan
mengembangkan program. Melibatkan penugasan seseorang atau kelompok kecil dalam
suatu organisasi untuk bekerja sama dengan agen perubahan dari luar sebagai
ujung tombak usaha perubahan. Dari dalam perusahaan sendiri, biasanya dibentuk
kelompok yang terdiri dari para manajer puncak yang nantinya akan bekerjasama
dengan agen dari luar dalam hal menekankan pentingnya usaha perubahan pada
setiap divisi yang dipimpinnya.
Ketika konsultan
sudah bergabung, kepadanya harus diberikan jaminan bahwa ia mempunyai akses
seluas-luasnya untuk memasuki semua bagian organisasi karena hanya dengan
demikianlah ia akan mengenal organisasi secara tepat, termasuk memahami
permasalahan yang diduga dihadapi oleh perusahaan. Dengan jaminan demikian,
konsultan dapat memutuskan bentuk keterlibatannya dalam memecahkan masalah yang
dihadapi oleh kliennya.Seperti penentuan siapa saja yang berhak memberikan
persetujuan atas intervensi yang hendak dilakukan. Intervensi pengembangan
organisasi adalah serangkaian kegiatan terstruktur yang didalamnya
unit-unit organisasi terpilih melakukan suatu tugas atau serangkaian tugas yang
secara langsung atau tidak langsung sasaran-sasaran tugas dihubungkan dengan
perbaikan organisasi.
B.
Entry
Jika manajemen
sudah menyadari bahwa perubahan organisasional harus terjadi dan keputusan
menggunakan konsultan tertentu telah diambil, segera timbul kebutuhan
untuk mengembangkan hubungan antara konsultan dengan klien dan sifat
hubungan tersebut harus dilandasi prinsip keserasian. Hubungan yang dimaksud
meliputi kerangka acuan kerja konsultan, masa kerjanya, biaya yang harus
dipikul oleh klien, dan hasil pekerjaan yang diharapkan dari konsultan. Adanya
transparansi semacam itu, bertujuan untuk menciptakan pola komunikasi yang
efektif dan terbuka antara konsultan dan klien. Diperlukan rasa kepercayaan
yang tinggi dan kebersamaan dalam memikul tanggung jawab yang telah disepakati
oleh kedua belah pihak guna mencegah salah pengertian dimasa depan.
Untuk memperoleh
gambaran yang tepat tentang organisasi dengan berbagai aspeknya, konsultan
perlu mengumpulkan informasi yang selengkap mungkin, termasuk
informasi tentang fakta-fakta yang mengakibatkan timbulnya ketidakseimbangan
dalam organisasi yang bersangkutan. Akses kepada semua sumber informasi dalam
seluruh satuan-satuan kerja dalam organisasi harus terbuka lebar bagi
konsultan. Karena mungkin saja konsultan berpendapat bahwa data-data tertentu
masih perlu dilengkapi dengan data lain. Konsultan dapat menggunakan berbagai
cara dan teknik pengumpulan data seperti melalui wawancara dan penyebarluasan
kuesioner.
C.
Diagnosis
Seperti telah ditekankan
berulangkali, suatu program PO harus didasarkan pada suatu analisis yang handal
dari semua data yang relevan tentang situasi yang dianggap berada pada kondisi
ketidakseimbangan. Untuk melakukan diagnosis yang tepat, perlu tersedianya
informasi yang mutakhir, lengkap, dan dapat dipercayai mengenai situasi yang
dihadapi dan menjamin bahwa informasi tersebut ditata dengan rapi berdasarkan
suatu pola tertentu. Diagnosis organisasi ditujukan pada terjadinya suatu
analisis yang betul-betul mantap tentang berbagai data yang dimiliki termasuk
yang menyangkut struktur, administrasi, interaksi, prosedur kerja, keterkaitan
dan interdependensi antara berbagai unsur organisasi klien. Jadi, diagnosis
suatu permasalahan menuntut pendekatan yang sistematik dan meliputi seluruh
proses yang terjadi dalam pengelolaan organisasi. Pentingnya proses diagnosis,
membuat konsultan dan klien harus sepakat bahwa ciri-ciri diagnosis yang harus
terdapat adalah sederhana, jelas, keterlibatan semua pihak, identifikasi
faktor-faktor utama, sorotan atas faktor-faktor kritikal, dan penumbuhan rasa
urgensi. Langkah-langkah diagnosis :
1.
Identifikasi
wilayah permasalahan
2. Pengumpulan data
berdasarkan identifikasi wilayah permasalahan walaupun sifatnya masih sementara
karena belum ada data yang terkumpul untuk dikategorisasikan.
3. Analisis data
untuk memperoleh informasi yang mutakhir, relevan, akurat, dan lengkap untuk
mengidentifikasikan hakikat permasalahan yang dihadapi.
4. Umpan balik data
berupa kesepakatan dan kesatuan pendapat tentang masalah yang dihadapi
organisasi. Kesepakatan diperoleh dengan mempresentasikan terlebih dahulu hasil
analisis data yang dilakukan sebelumnya.
5. Identifikasi wilayah
permasalahan yang mengundang penyelesaian,
apabila terjadi perbedaan pendapat mengenai wilayah permasalahan. Sehingga
diperlukan data tambahan untuk kemudian dianalisis dan dipresentasikan kembali
kepada klien.
6. Memutuskan
langkah-langkah intervensi yang disarankan oleh
konsultan, untuk kemudian dilakukan pemantauan tingkat perubahan yang terjadi
sudah sesuaikah dengan sasaran perubahan yang diinginkan oleh klien.
Model-Model Diagnostik
1. Model
Analitikal (Model Diferensiasi Integrasi) yang diekmbangkan oleh Paul Lawrence
dan Jay Lorsch dari Universitas Harvard. Tugas-tugas yang menjadi tanggung
jawab masing-masing satuan kerja dapat dipelajari dikaitkan dengan empat
karakteristik dari lingkungan organisasi, yaitu struktur satuan-satuan kerja
yang ada, orientasi waktu para anggota setiap satuan kerja, orientasi para
anggota satu satuan kerja dengan para anggota satuan kerja yang lain, dan
orientasi para anggota organisasi mengenai tujuan yang hendak dicapai.
Tujuannya adalah untuk menghilangkan persepsi bahwa ada tugas-tugas dan
satuan-satuan kerja yang lebih penting dari yang lain. Karena ingkat
diferensiasi yang tinggi antar kelompok dalam sebuah organisasi, dapat
menyebabkan sulitnya kerja sama untuk tercapainya tujuan organisasi.
2. Model
Analisis Bidang Kekuatan yang diceuskan oleh Kurt Lewin. Model ini didasarkan
pada pandangan bahwa perilaku organisasi bukanlah merupakan hal baru yang
didasarkan pada suatu pola yang static melainkan merupakan suatu keseimbangan
yang dinamis antara berbagai kekuatan yang bergerak pada arah yang berlawanan.
Lewin membagi kekuatan itu dalam dua kategori yaitu kekuatan penghalang
(Menjamin terpeliharanya stabilitas organisasi) dan kekuatan pendorong
(mendorong terjadinya perubahan). Keseimbangan dan kestabilan organisasi terjadi
apabila keduanya dalam keampuhan yang sama, sedanglan ketidakseimbangan terjadi
karena sebaliknya. Ketidakseimbangan bisa saja terjadi karena direncanakan atau
dengan sengaja diciptakan dengan menambah atau mengurangi salah satu faktor
diatas.
D.
Planning
Meskipun
perubahan dianggap sebagai solusi terbaik dalam sebuah organisasi, namun tetap
saja timbul rasa takut, cemas, dan penolakan diantara para anggota organisasi.
Sebagian besar perasaan tersebut timbul karena akan adanya perubahan-perubahan
dalam rutinitas, pola, dan kebiasaan. Untuk lebih spesifiknya peneliti
menggolongkan jenis penolakan terhadap perubahan yang diakibatkan oleh faktor
individu dan organisasi.
Penanganan atas
penolakan dari tiap-tiap individu dengan berbagai alasannya dapat diatasi
melalui peningkatan komunikasi, informasi, data, dan pendekatan-pendekatan lain
melalui media komunikasi yang digunakan dalam perusahaan tersebut. Cara lainnya
yang dapat dilakukan seperti, ajakan untuk bergabung dalam seluruh proses
perubahan, menggunakan jawara perubahan dalam sebuah divisi/kelompok sebagai
fasilitator, dan bernegosiasi mengenai jenis serta kecepatan perubahan.
Sayangnya, masih banyak ditemukan praktek yang salah dalam pelaksanaanya.
Banyak manajer yang justru melakukan paksaan, ancamann dan manipulasi demi
terwujudnya perubahan tersebut. Akibatnya, muncul juga berbaga bentuk penolakan
yang lebih brutal seperti penarikan diri, perlambatan, kemarahan, bahkan hingga
sabotase diam-diam. Untuk itu, kepercayaan, keyakinan, dan kepercayaan diri di
dalam berbagai program perubahan sangatlah penting. Begitulah esensi
kepercayaan yang diungkapkan oleh Robert Shapiro ketika menjabat sebagai CEO
Monsanto.
Strategi-Strategi
Mengatasi Penolakan untuk Berubah
1. Adanya
alasan untuk berubah untuk meningkatkan motivasi dan semangat untuk berubah
2. Peluang
keberhasilan perubahan akan semakin besar dengan adanya keterlibatan seluruh
anggota organisasi dari berbagai garis hierarki dalam perencanaan, penerapan,
dan memonitor perubahan.
3. Semakin
besar perubahan yang akan dilakukan, semakin besar pula intensintas komunikasi
yang dilakukan terhadap para staf sehingga mengurangi kecemasan, rasa takut,
dan penolakan.
4. Melakukan
identifikasi dan bimbingan kepada individu-individu yang sekiranya dapat
memberikan pengaruh besar atas terlaksananya penerapan proses-proses menuju
perubahan.
5. Penciptaan
organisasi pembelajaran (learning
organization), yaitu organisasi yang memiliki kapasitas, ketangguhan, dan
fleksibilitas untuk berubah.
E.
Action
Intervensi
pengembangan organisasi adalah serangkaian
kegiatan terstruktur yang didalamnya unit-unit organisasi terpilih melakukan
suatu tugas atau serangkaian tugas yang secara langsung atau tidak langsung
sasaran-sasaran tugas dihubungkan dengan perbaikan organisasi. Intervensi
termasuk didalam point action karena
lebih menekankan pada “hal-hal yang terjadi” berupa kegiatan-kegiatan yang
berlangsung dalam suatu kehidupan organisasi. Seperti definisi intervensi
pengembangan organisasi yang dikemukakan oleh John R. Schermerhorn, Jr, dkk,
dalam buku mereka yang berjudul Managing
Organizational Behavior yaitu “program-program, kegiatan-kegiatan, atau
hal-hal yang dilakukan oleh konsultan dan/ atau manajer untuk membantu program
pengembangan organisasi yang luas”. Berikut jenis-jenis intervensi pengembangan
organisasi yang digolonglan menurut pemusatannya pada tingkat-tingkat tindakan
perseorangan, kelompok, dan organisasi.
Intervensi
yang berfokus pada Perseorangan
1. Latihan
Kepekaan (Pelatihan Laboratorium), merupakan bentuk intervensi dan metode
mengubah perilaku melalui interaksi kelompok yang tidak terstruktur dan
melibatkan pakar pemandu. Skenarionya adalah para peserta pelatihan dikumpulkan
dalam suatu lingkungan yang didominasi oleh suasana keterbukaan dan kebebasan
untuk membicarakan diri mereka sendiridan proses interaksi antar mereka. Peran
pakar pemandu adalah menciptakan kesempatana bagi para peserta untuk menyatakan
pendapat, mengetengahkan keyakinan, dan menunjukkan sikap partisipan yang
sebenarnya. Sasarannya secara spesifik diantaranya untuk meningkatkan rasa
empati serta toleran, memperbaiki keterampilan mendengar dan kemahiran dalam
menyelesaikan konflik, menumbuhkan sikap keterbukaan dan integrasi yang mantap
antar individu dalam kelompok serta kekompakan, serta persepsi yang tepat
tentang diri sendiri.
2. Analisis
Transaksional
3. Perencanaan
dan Pengembangan Karir
Intervensi
yang berfokus pada Kelompok
1. Konsultansi
Pihak Ketiga
2. Cermin
Organisasi
3. Pengembangan
Hubungan Antar kelompok
Intervensi
yang berfokus pada Organisasi
1. Sistem
Berkinerja Tinggi
2. Program
PO dalam Bentuk Kisi-Kisi
3. Survei
untuk Memperoleh Umpan Balik
F.
Stabilization
and Evaluation
Setelah suatu
bentuk intervensi atau program aksi dilakukan, langlah berikutnya ialah
memantau hasil yang dicapai dan memantapkan perubahan yang telah diperkenalkan.
Perlu dilakukan penilaian untuk melihat apakah strategi perubahan yang
ditentukan dan dilaksanakan efektif atau tidak dalam mencapai sasaran yang
diinginkan. Setiap tahap dalam program PO harus dipantau melalui mana diperoleh
umpan balik dari para anggota organisasi tentang upaya yang dilakukan dalam
mewujudkan perubahan. Di lain pihak, para anggota organisasi perlu mengetahui hasil
upaya perubahan yang dilakukan agar mereka dapat menentukan langkah-langkah apa
lagi yang masih perlu mereka ambil.
Tindak lanjut
setelah kondisi keseimbangan dicapai adalah menjamin bahwa perubahan yang telah
terjadi bersifat langgeng yaitu dengan tindakan internalisasi dan personalisasi
anggota organisasi. Jika tidak, mungkin saja gaya, perilaku, dan kebiasaan lama
akan terulang kembali mewarnai kehidupan organisasi. Konsultan yang berhasil
adalah yang bisa memberikan pengertian tentang visi yang jelas dan tepat
tentang masa depan, inovasi dalam menghadapi lingkungan yang selalu bergerak
dinamis serta kemampuan memanfaatkan keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh
organisasi.
G.
Termination
Jika konsultan
telah menyelesaikan tugasnya, langkah selanjutnya adalah mengakhiri hubungan
dengan kliennya. Seorang konsultan dapat diaktakan sukses apabila
ketergantungan kliennya kepadanya semakin berkurang. Dengan perkataan lain,
klien yang dibantu harus semakin mampu mandiri dan meiliki kemampuan yang
semakin besar melakukan perubahan tanpa bantuan pihak luar, paling sedikit yang
menyangkut perubahan sejenis yang sudah
pernah dilakukan. Pandangan ini sangat penting karena PO merupakan kegiatan
yang seyogianya berlangsung terus menerus dalam suatu organisasi yang ingin
meningkatkan efektivitasnya.
Sama pentingnya
untuk menyadari bahwa hubungan kerja antara konsultan dank lien dapat pula
diputuskan atau tidak dilanjutkan meskipun sasaran program perubahan tidak
tercapai. Artinya, meskipun kedua belah pihak telah berusaha sekuat tenaga dan
kerja keras untuk mensukseskan pelaksanaan program perubahan yang diinginkan,
tidak ada jaminan penuh bahwa usaha tersebut akan berhasil. Berbagai faktor
penyebabnya seperti, kondisi perekonomian yang tidak mendukung, penolakan
internal yang sangat kuat, atau ketidakpuasan klien pada cara kerja konsultan.
Dalam kondisi keberhasilan atau ketidakberhasilan, pemutusan hubungan hendaknya
dilakukan dengan sikap dan dalam suasana bersahabat. Kondisi demikian sangat
penting karena ada saja kemungkinan di masa depan bahwa kemampuan memperbarui
diri secara internal tidak memadai lagi antara lain karena intensitas perubahan
yang terjadi.
BAB III
KESIMPULAN
Pengembangan
organisasi sudah berlangsung sejak dahulu saat Kurt Lewin mulai mulai
menerapkannya dalam sebuah kelompok organisasi. pengembangan organisasi terjadi
karena pengaruh dari pesatnya perubahan yang terjadi. Perubahan dalam berbagai
aspek kehidupan terutama teknologi, sudah seharusnya membuat organisasi juga
bersifat fleksibel mengikuti arusnya agar dapat melakukan penyesuaian jaman.
Secara umum, Organizational Development (OD) adalah sebuah proses perubahan
sistematis dan terencana yang manggunakan pengetahuan dan teknik-teknik
perilaku untuk meningkatkan kesehatan dan efektivitas organisasi melalui
kemampuannya untuk beradaptasi pada lingkungan, meningkatkan hubungan-hubungan
internal, serta meningkatkan kemampuan pembelajaran dan pemecahan masalah. Pun
setiap organisasi dikatakan mengalami pengembangan organisasi jika terdapat
ciri-ciri yang sesuai.
Dalam prosesnya,
berbagai pihak dalam organisasi dari yang paling tinggi hingga jabatan yang
paling bawah harus ikut terlibat. Karena tujuan akhir dari kegiatan ini
menjadikan organisasi lebih mandiri dan inovatif dalam mengahadapi
perubahan-perubahan dimasa depan. Peran pihak eksternal juga sering menjadi
penentu berhasik atau tidaknya pengembangan organisasi. Mereka melakukan
berbagai teknik-teknik intervensi untuk mencapai perubahan yang telah
disepakati bersama oleh klien dan konsultan. Intervensi pengembangan organisasi
adalah serangkaian kegiatan terstruktur yang didalamnya unit-unit organisasi
terpilih melakukan suatu tugas atau serangkaian tugas yang secara langsung atau
tidak langsung sasaran-sasaran tugas dihubungkan dengan perbaikan organisasi.
Hingga pada kurun waktu tertentu, organisasi sudah bisa bergerak secara lebi
mandiri dalam menghadapi gaya baru dalam organisasinya dan saat inilah berkahir
hubungan antara klien dan konsultan.
DAFTAR PUSTAKA
Ivancevich,
John M.; Konopaske, Robert; Matteson, Michael T. Perilaku dan Manajemen Organisasi Jilid 2 Edisi Ketujuh. 2006.
Penerbit Erlangga : Jakarta.
Siagian, Sondang; Teori Pengembangan Organisasi; 2002;
Bumi Aksara : Jakarta.
Moekijat; Pengembangan Organisasi; 1993; PT. Remaja Rosdakarya : Bandung.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda