Sabtu, 29 Oktober 2016

PERILAKU ORGANISASI



PERILAKU ORGANISASI
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Psikologi industri dan organisasi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku dan mental manusia dalam industri dan organisasi atau lingkungan kerja yang terkoordinasi secara sistematik. Psikologi Industri dan Organisasi bertujuan untuk meningkatkan kefektivan, produktivitas, dan kepuasan pegawai dalam menjalankan tugasnya dan menentukan keberhasilan suatu organisasi. Banyak pegawai yang tidak maksimal dalam menjalankan tugasnya karena pekerjaannya yang tidak sesuai dengan keinginannya dan kurangnya kemampuan dalam mengerjakan pekerjaannya tersebut. Hal itu yang akan membuat produktivitas suatu perusahaan menurun. Maka dari itulah pentingnya rekruitmen pegawai dan memperhitungkan penempatan posisi pegawai.
1.2 Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan perilaku organisasi?
2.    Apa saja ciri-ciri organisasi?
3.    Apa saja perbedaan individual dalam organisasi?
4.    Apa pengertian dari dinamika kelompok?
1.3 Tujuan
1.    Untuk mengetahui pengertian dari perilaku organisasi
2.    Untuk mengetahui ciri-ciri organisasi
3.    Untuk mengetahui perbedaan individual dalam organisasi
4.    Untuk mengetahui pengertian dari dinamika kelompok
I. Perilaku Organisasi
Menurut NimramPengertian Perilaku Organisasi adalah bidang studi yang menyelidiki pengaruh yang ditimbulkan oleh individu, kelompok dan struktur terhadap perilaku manusia di dalam organisasi dengan tujuan menerapkan pengetahuan yang didapat untuk meningkatkan efektifitas organisasi.

Pengertian Perilaku Organisasi menurut Gitosudarmo adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari interaksi manusia dalam organisasi meliputi studi yang sistematis mengenai perilaku, struktur dan proses di dalam organisasi.

Jhons mengatakan bahwa, Pengertian Perilaku Organisasi merupakan suatu istilah yang agak umum yang menunjuk pada sikap dan perilaku individu dan kelompok dalam organisasi, yang berkaitan dengan studi yang sistematis mengenai sikap dan perilaku, baik yang menyangkut pribadi maupun antarpribadi dalam konteks organisasi.

Menurut Robbin SPPengertian Perilaku Organisasi adalah suatu bidang studi yang menyelidiki dampak perorangan, kelompok dan struktur pada perilaku di dalam organisasi dengan tujuan untuk menerapkan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki keefektifan organisasi.
Tujuan Memahami Perilaku Organisasi
Setiap disiplin ilmu pasti memiliki tujuan, begitu juga dengan disiplin ilmu perilaku organisasi. Menurut Nimran, Tujuan memahami perilaku organisasi yaitu :
1. Prediksi
Bisa memprediksi perilaku orang merupakan suatu keuntungan besar karena dengan begitu kita dapat menjalin komunikasi yang baik dengan orang tersebut. Dengan bisa memprediksi perilaku orang lain, sehingga kita dapat berpikir, bersikap dan bertindak dengan tepat dalam berkomunikasi dengan orang tersebut. Nimram mengatakan bahwa keteraturan perilaku dalam organisasi memberikan kemungkinan kepada kita untuk melakukan prediksi atas perilaku-perilaku anggota organisasi pada masa yang akan datang.
2. Eksplanasi
Tujuan mempelajari perilaku organisasi yang kedua adalah untuk menjelaskan berbagai peristiwa yang terjadi dalam organisasi. Eksplanasi berarti bahwa kita akan berusaha menjawab pertanyaan mengapa suatu peristiwa terjadi, mengapa karyawan malas dan lain sebagainya. Dengan mempelajari perilaku organisasi maka kita mencoba untuk menjelaskan atau memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti itu.
3. Pengendalian
Tujuan mempelajari perilaku organisasi yang terakhir yaitu untuk pengendalian. Semakin banyak perilaku-perilaku individu atau kelompok dalam organisasi yang dapat diprediksi dengan tepat dan dapat dijelaskan dengan baik, sehingga nantinya pemimpin organisasi itu akan semakin mudah dalam melakukan fungsi pengendalian atas karyawannya sehingga perilaku individu maupun kelompok akan menjadi positif dan fokus pada pencapaian tujuan. Namun di sisi lain, perilaku yang destruktif, yang kurang baik, bisa dihindari atau dicegah.

Model-Model Perilaku Organisasi
Menurut Davis dan Newstorm (1985), ada empat model perilaku organisasi yang menunjukkan evolusi pemikiran dan perilaku pada bagian manajemen dan manajer. Empat model atau kerangka kerja organisasi adalah:
1.    Otokratis – Dasar dari model ini adalah kekuatan dengan orientasi manajerial otoritas. Para karyawan pada gilirannya berorientasi terhadap ketaatan dan ketergantungan pada bos. Kebutuhan karyawan yang terpenuhi adalah subsisten. Hasil kinerja minimal.
2.    Kustodian – Dasar dari model ini adalah sumber daya ekonomi dengan orientasi manajerial uang. Para karyawan pada gilirannya berorientasi pada keamanan dan manfaat dan ketergantungan pada organisasi. Kebutuhan karyawan yang terpenuhi adalah keamanan. Hasil kinerja adalah kerjasama pasif.
3.    Mendukung – Dasar dari model ini adalah kepemimpinan dengan orientasi manajerial dukungan. Para karyawan pada gilirannya berorientasi terhadap prestasi kerja dan partisipasi. Kebutuhan karyawan yang terpenuhi adalah status dan pengakuan. Hasil kinerja terbangun drive.
4.    Kolegial – Dasar dari model ini adalah kemitraan dengan orientasi manajerial kerja sama tim. Para karyawan pada gilirannya berorientasi ke arah perilaku yang bertanggung jawab dan disiplin diri. Kebutuhan karyawan yang terpenuhi adalah aktualisasi diri. Hasil kinerja adalah antusiasme moderat.

II.Perbedaan Individu
Tujuan dan Mengapa Perbedaan Individu Penting Dalam PIO
Di sekolah dan tempat belajar siswa lainnya, pada akhirnya evaluasi diperlukan untuk menentukan individual mana yang mempunyai hal yang tepat untuk tugas-tugas tertentu, contohnya seperti pekerjaan-pekerjaan yang menantang atau kursus keahlian tertentu setelah lulus. Pada akhirnya proses penilaian kemampuan kognitif individu bertujuan untuk mencocokan individual dengan jurusan yang paling mereka tekuni sehingga membiarkan mereka untuk memaksimalkan kompetensi dan kerja dimana skill yang mereka miliki paling baik di gunakan.
Proses penilaian kemampuan individu tersebut sudah diupayakan untuk deiterapkan selama kurang lebih satu abad. Tapi sangat penting untuk diperhatikan bahwa berbagai upaya untu kmengukur kemampuan kognitif individu tersebut muncul karena beberapa teori tertentu tentang bagimana pikiran manusia bekerja dan bagaimana  hal tersebut harus dinilai. Tidak ada penilaian kognitif individu yang bebas dari teori-teori tersebut. Jika invidivu ingin mendalami penilaian kognitif individu tersebut, maka individu tersebut harus mendalami teori-teori kemampuan kognitif tersebut.
Kecerdasan Umum dan Tradisi Psikometrik
Ahli psikometrik percaya bahwa akar dari test intelegensi modern adalah Alfren Binet dengan karyanya tengan memprediksi performa sekolah. Binet membentuk sebuah test yang dapat mengukur tingkat intelegensi seseorang, seperti vocabulary, relasi verbal, dan lain lain. Tujuannya adalah memisahkan antara anak-anak yang benar-benar bodoh dan anak-anak yang mempunyai masalah tingkah laku akan tetapi kompeten secara intelektual. Pada akhirnya, test kecerdasan pun di desai dan akan terus di improvisasi sebagai cara untuk memprediksi performa sekolah.
Industri test kecerdasan berkembang secara besar dalam masa-masa perang, yaitu pada awal hinggal pertengahan abad 19. Dari beberapa test kecerdasan tersebut, lahirlah test Intelligent quotient (IQ) yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang berbentuk multiple-choice dan pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban yang singkat. Tes IQ tersebut bertujuan untuk mengukur bidang-bidang khusus dalam aspek kognitif seperti kelancaran verbal, deduksi matekmatika, visualiasi spasial, dan memori.
Teori-Teori Kemampuan Kognitif Manusia
A.Teori Struktur Intelek Guiford
Beberapa orang tidak menyetujui general intelligence sebagai basis teori maupun metode untuk mengukur kemampuan kognitif manusia. Akan tetapi psikolog seperti J.P.Guilford melihat general intelligence lebih jauh menuju ke pendekatan statistik yang menujukkan bertambahnya faktor-faktor yang berhubungan dengan kecerdasan. Guilford berpendapat bahwa terdapat 150 kompenen yang berhubungan dengan kecerdasan.
B.Teori Triarchic Stenberg
Stenbert berpendapat bahwa kemampuan kognitif manusia tersusun atas 3 proses yang bebeda akan tetapi saling berhubungan. Proses yang pertama adalah kemampuan alasisis , kemampuan untuk menghasilkan penilaian-penilaian yang kritis. Kemampuan kekreatifan, yaitu kemmapuan untuk menghasilkan respon-respon unik terhadap suatu hal dan yang ketiga adalah kemampuan praktikal, yaitu kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi yang ada di depan mata.
C.Teori Multiple Intelligences Gardner
Teori kemampuan kognitif sebelumnya mempunyai pendapat yang sama bahwa sifat asli dari kecerdasan dapat diukur melalui tes psikometrik. Akan tetapi Gardner berpendapat bahwa kemampuan manusia secara individu sebaiknya dilihat dari terdapatnya bakat-bakat kusus  di suatu bidang yang dimiliki individu akan tetapi tidak dimiliki individu lainnya daripada melihatnya dengan seberapa banyak kemampuan intelektual otak yang ada di pada dalam individu tersebut. Gardner kemudian menambahakan 8 jenis kemampuan yang dimana beberapa kemampuan tersebut tidak masuk dalam kemampuan kognitif,yaitu kemampuan bahasa, matematika spasial, music, kinetik, intrapersonal ,dan biologi(natural).


          Setiap individu memiliki ciri dan sifat yang berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor bawaan dan faktor lingkungan. Faktor bawaan merupakan faktor yang sudah dimiliki sejak lahir, yang meliputi faktor biologis dan faktor psikologis. Sedangkan kepribadian dan perilaku merupakan hasil dari perpaduan antara adanya faktor bawaan dan pengaruh dari lingkungan. Adanya faktor bawaan dan pengaruh dari lingkungan inilah yang menyebabkan perbedaan pada setiap individu.
          Perusahaan-perusahaan atau industri-industri modern akan mempekerjakan seseorang dan menempatkannya sesuai dengan orangnya yang dapat menyelesaikan suatu pekerjaan dan menyesuaikan diri terhadap orangnya. Maka dari itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi individu dalam bekerja, yaitu faktor fisik dan faktor psikis.
-      Faktor Fisik
1.    Perbedaan Tubuh dan Komposisinya
a.     Bentuk Tubuh
Bentuk tubuh meliputi besar kecilnya tubuh dan bagian-bagiannya. Bentuk tubuh berpengaruh tergantung jenis pekerjaannya.
b.    Taraf Kesehatan Fisik
Taraf kesehatan fisik sangat mempengaruhi dan menentukan produktivitas kerja karena taraf kesehatan setiap individu umumnya berbeda.
c.     Kemampuan Panca Indera
Kemampuan panca indera sangat diperlukan dalam bekerja. Misalnya seseorang yang bekerja dibidang musik, harus memerlukan pendengaran yang baik.

-      Faktor Psikis
1.    Inteligensi
Tingkat inteligensi seseorang sangat berpengaruh terhadap kesuksesan bekerjanya. Kemampuan seseorang untuk mengatasi masalah tergantung pada tingkat inteligensi yang dimiliki oleh individu tersebut. Orang yang memiliki inteligensi yang tinggi dapat menyelesaikan dan memecahkan masalah atau kesulitan yang dihadapinya dalam bekerja.
2.    Bakat
Bakat merupakan kemampuan dasar yang dimiliki oleh setiap individu yang dapat digunakan untuk memperoleh keahlian atau kemampuan tertentu. Di dalam dunia kerja, bakat sangat dibutuhkan sesuai dengan pekerjaan yang dibutuhkannya. Hal ini disebabkan karena setiap pekerjaan menuntut bakat yang berbeda-beda. Dengan adanya kesesuaian antara bakat dan pekerjaannya, maka hasil kerjanya menjadi lebih sukses.
3.    Minat
Minat merupakan salah satu faktor yang menentukan kesesuaian seseorang dalam menentukkan pekerjaannya karena minat setiap individu terhadap jenis pekerjaan berbeda-beda. Prestasi kerja seseorang dapat ditentukan oleh perpaduan antara minat dan bakat.
4.    Kepribadian
Kepribadian sebagai cara individu untuk bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain. Bentuk-bentuk kepribadian pada akhirnya mempengaruhi perilaku organisasi. Kepribadian seseorang juga berpengaruh terhadap kesuksesan dalam bekerja.
5.    Motivasi
Motivasi merupakan faktor yang mendorong individu untuk melakukan sesuatu. Dengan adanya motivasi dalam bekerja, maka akan timbul keinginan untuk bekerja dan tujuan yang akan dicapai.
6.    Edukasi
Di dalam dunia kerja, edukasi merupakan syarat untuk mendapatkan fungsi-fungsi atau jabatan tertentu. Untuk mencapai kesuksesan dalam bekerja, dibutuhkan pendidikan yang sesuai dengan jabatannya.

III.  Dinamika kelompok
Pengertian dinamika kelompok
Dinamika kelompok adalah kekuatan yang saling memengaruhi suatu hubungan timbal balik kelompok dengan interaksi yang terjadi antara anggota kelompok dengan pimpinan yang diberi pengaruh kuat pada perkembangan kelompok (Jacobs, Harvill , dan manson, 1994).
Dinamika kelompok merupakan suatu istilah yang menghubungkan kekuatan-kekuatan aspek pekerjaan. Pada dasarnya, dinamika kelompok mengacu pada kekuatan interaksional di dalam kelompok yang diatur dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan para anggota kelompok ( suardi, 1998)
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dinamika kelompok adalah studi mengenai interaksi yang terjadi antara anggota kelompok dengan adanya timbal balik yang dinamis dan keteraturan yang jelas dalam hubungan psikologis antar individu dalam kelompok dengan  memiliki tujuan tertentu.
Tahap-tahap pengembangan kelompok
Menurut lima tahap pengembangan kelompok,(five stage group development),kelompok yang berjalan memiliki tahapan yang unik, yaiitu
1.    Tahap membentuk
Dalam tahap ini, anggota kelompok mengalami ketidakpastian tujuan dalam kelompok, struktur, dan kepemimpinana kelompok.tahap ini berakhir apabila para anggota kelompok menyadari bahwa dirinya sendiri merupakan bagian dari sebuah kelompok
2.    Tahap mempeributkan
Tahap ini merupakan salah satu konflik intrakelompok. Para anggota pada tahap ini mulai bekrja tetapi cenderung memepertahankan pendapat sendiri.terdapat pula konflik tentang siapa yang akan mengendalikan kelompok.tahap ini berakhir apabila terdapat suatu tingkatan kepemimpinan yang relative jelas di kelompok.
3.    Tahap menyusun norma
Pada tahap ketiga , hubungan yang dekat antar anggota kelompok akan berkembang dan menunjukkan kekompakkan satu sama lain, rasa identitas kelompok yang kuat dan persahabatan.
4.    Tahap mengerjakan
Tahap ini adalah tahap dimana semua anggota kelompok bekerja dan berfungsi secara penuh. Mereka memiliki kebersamaan, kreatif dan memiliki semangat untuk sukses.
5.    Tahap membubarkan
Biasanya pada tahap ini dilalui oleh komite-komite,tim, satuan tugas dan kelompok yang bersifat sementara . setelah suatu proyek selesai dikerjakan biasanya kelompok ini dibubarkan. Apabila kelompok yang permanen maka tahap terakhir adalah tahap mengerjakan.



3.1 Kerjasama
Dinamika sosial (Floyd D. Ruch) : analisa dari relasi-relasi dari kelompok sosial, berdasarkan prinsip bahwa tingkahlaku dalam kelompok itu adalah hasil dari interaksi yang dinamis antara individu-individu dalam situasi sosial.
Kehidupan berkelompok antara lain pembentukan struktur, sense of belongingness, solidaritas, pembentukan norma dan internalisasi dari norma-norma kelompok yang timbul karena adanya interaksi yang dinamis serta timbal balik antara orang-orang yang terlibat dalam kehidupan kelompok tersebut.
Kelompok kecil harus memiliki kerjasama yang baik sebagai syarat produktivitas. Kerjasama yang baik ini tentunya tidak muncul dengan sendirinya, tetapi harus dipelajari. Beberapa prinsip pun perlu diperhatikan agar tercapainya kerjasama yang efektif, antara lain adalah, suasana, rasa aman, kepemimpinan berpikir, perumusan tujuan, fleksibilitas, mufakat, kesadaran kelompok dan penilaian ulang.
a.     Suasana
Di dalam kelompok, suasana harus memberi kesan kepada semua anggota bahwa mereka dianggap setaraf.
b.    Rasa aman
Rasa aman yang diperlukan adalah tidak adanya rasa terancam salah satu anggota dengan anggota yang lainnya. Kecurigaan ini dapat berakibat buruk dan menghambat produktivitas serta kemampuan seseorang yang merasa terancam tersebut. Untuk mengurangi rasa curiga, dapat dilakukan hal-hal berikut:
1.  Menggunakan tanda pengenal
                   2.  Membuat forum kecil agar mengetahui satu sama lain.
3.  Kepemimpinan bergilir
Kepemimpinan bergilir ini mampu untuk meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan diri bertambah. Selain itu, kepercayaan akan kemampuan diri sendiri dan anggota lain merupakan suatu ciri khas kelompok yang berhasil menjalankan tugasnya dengan baik.
c.     Perumusan tujuan
Kelompok yang baik dan ingin bekerja produktif harus selalu memiliki tujuan. Demikian pula masing-masing anggota yang harus menanyakan diri mereka sendiri untuk apa mereka bergabung dan apa yang sebaiknya mereka lakukan.
d.    Fleksibilitas
Dalam merencanakan kegiatan, rancangan tersebut harus cukup fleksibel, sehingga bila sewaktu-waktu keadaan berubah, rencana tersebut tetap bisa dilaksanakan.


e.     Mufakat
Jika suatu kelompok ingin bekerja secara efektif, maka kelompok tersebut perlu memakai car mufakat, di mana setelah diadakannya pertimbanga cukup lama, semua anggota pada akhirnya akan memufakati salah satu jalan penyelesaian persoalan tersebut.
f.      Kesadaran berkelompok
Bekerja dalam kelompok sebaiknya harus mengerti akan kebutuhan anggota kelompok masing-masing dalam menjalankan perannya dalam kelompok itu, sehingga membuat adanya timbal balik hubungan antar anggota kelompok. Dengan begini, akan tercapainya kerjasama yang produktif antara anggota kelompok.
g.     Evaluasi yang berkesinambungan
Perlu duadakannya penilaian terhadap kegiatan kelompok demi menilai apakah kegiatan tersebut sesuai dengan kegiatan yang telah direncanakan. Penilaian ini harus dilakukan secara kritis dan bisa diadakan perubahan bila perlu. Karena tanpa adanya evaluasi, minat anggota akan berkurang dan bahkan kelompok akan bubar.
3.2 Team
Pengertian team
Kelompok kerja yang terbentuk dari individu-individu yang melihat diri mereka dan orang lain sebagai satu kesatuan dan saling ketergantungan karena tugas yang mereka kerjakan sebagai anggota yang terikat dalam suatu organisasi , dimana tugas itu memengaruhi orang lain (Guzzo & Dikson,1996).
Tim merupakan kelompok dari dua atau lebih orang yang saling memengaruhi, saling bertanggung jawab untuk mencapai tujuanobjektif organisasi dan merasakan diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dalam organisasi (McShane & Von Glinov,2008).
Menurut Katzenbach dan Smith tim adalah sekelompok kecil orang dengan keterampilan yang saling melengkapi yang berkomitmen untuk maksud bersama, menghasilkan tujuan-tujuan, dan pendekatan bersama di mana mereka mengikatkan diri dalam kebersamaan tanggung jawab. Hasil kerja dari tim sendiri biasanya  diperoleh melalui kontribusi individual, tetapi sebetulnya pengertian yang benar tentang konsep kerja tim adalah memperoleh hasil kerja dari udaha bersama.
Jumlah yang bagus untuk sebuah tim adalah 5 sampai 9 orang, Karen adinilai dapat dikelola dengan baik. Jika jumlah orang lebih dari 9, komunikasi cenderung tidak terpusat karena anggota tidak memiliki kesempatan yang cukup untuk saling berbicara.
Tim juga membutuhkan orang-orang dengan keterampilan yang berbeda agar saling melengkapi. Karena denga keterampilan yang berbeda ini, sebuah ide-ide bisa di kombinasikan menjadi satu tujuan. Selain itu, tim harus tetap meninjau ulang tujuan mereka agar tetap relevan dengan perkembangan tim. Tujuan yang akan dicapai oleh tim ini, hendaknya diteteapkan, dikerjakan, dan dievaluasi dan dikerjakan bersana dengan tanggung jawab serta rasa kepemilikan terhadap hasil yang dicapai.



3.3 Konflik
Pengertian konflik
Konflik adalah konsekuensi dari respon seseorang dari apa yang ia persepsikan           mengenai situasi atau perilaku orang lain (luthans,2005)
Konflik merupakan proses yang terjadi ketika suatu pihak memiliki persepsi bahwa pihak lain memengaruhi pihak pertama secara negatif atau akan memengaruhi secara negatif, sesuatu yang menjadi kepedulian dan kepentingan pihak pertama (Robbins,2006)
Jenis-jenis konflik
Terdapat tiga jenis konflik menurut robbins (2006)
a.     Konflik tugas (task conflict) adalah konflik yang berhubungan dengan muatan atau tujuan dari pekerjaan
b.    Konflik hubungan (relationship conflict) adalah konflik yang berfokus pada interpersonal pekerja
c.     Konflik proses (process conflict) adalah konflik yang berhubungan dengan bagaimana suatu pekerjaan diselesaikan.
Proses konflik
Terdapat lima tahapan proses konflik ,yaitu proses pertentangan atau ketidakselarasan,kognisi dan personalisasi,maksud,perilaku,dan akibat.
Tahap 1: potensi pertentangan atau ketidakselarasan
Dalam tahap ini muncul kondisi-kondisi yang memicu pecahnya konflik.kondisi ini tidak langsung menimbulkan konflik , tetapi salah satu dari hal itu diperlukan apabila konflik akan muncul.kondisi-kondisi tersebeut yang dapat dipandang sebagai sebab konflik terdapat ke dalam tiga kategori , yaitu komunikasi , strukrur serta variabel-variabel pribadi.
·       Komunikasi. konotasi kata yang menimbulkan makna yang berbeda , pertukaran informasi yang tidak memadai dapat menghambat saluran komunikasi dan memicu terjadinya konflik.potensi dari sebuah konflik juga aka meningkat apabila ada terlalu banyak atau terlalu sedikit komunikasi.
·       Struktur. mencakup variabel-variabel seperti ukuran, kadar spesialisasi dalam tugas-tugas yang diberikan kepada anggota kelompok,kejelasan yurudikasi,keserasian antara anggota dan tujuan,gaya kepemimpinan, sistem imbalan,dan kada ketergantungan antar kelompok.semakin besar terspesialisasinya kegiatan-kegiatan dalam suatu kelompok semakin besar pula potensi konflik. selain itu, semakin besar ambiguitas dalam mendefinisikan secara tepat dimana letak tanggung jawab atas tindakan semakin besar pula munculnya konflik.
·       Variabel-variabel pribadi .hal ini meliputi perbedaan kepribadian , emosi, dan nilai-nilai  yang dianut tiap angota.


Tahap 2: kognisi dan personalisasi
Sebagaimana yang telah disinggung dalam definisi mengenai konflik, disyaratkan adanya persepsi. Karena itu, salah satu pihak (atau lebih) harus menyadari adanya kondisi-kondisi pendahulu. Namun karena suatu konflik yang dipersepsi, tidak berarti bahwa konflik itu dipersonalisasi. Konflik yang dipersepsi merupakan kesadaran oleh satu atau lebih pihak akan adanya kondisi-kondisi yang menciptakan peluang munculnya konflik. Pada tahap ini mungkin tidak berpengaruh apapun pada perasaan satu dan yang lainnya. Baru pada tingkat perasaan, yaitu ketika orang mulai terlibat secara emosional, para pihak tersebut merasakan kecemasan, ketegangan, frustasi, atau rasa bermusuhan.

Tahap ini penting karena disinilah isu-isu konflik biasanya didefinisikan. Pada tahapan proses inilah, para pihak memutuskan konflik itu tentang apa, dan pada akhirnya ini sangat penting karena cara sebuah konflik didefinisikan akan menentukan jalan panjang menuju akhir penyelesaian konflik.
Tahap 3: maksud
Pengertian dari maksud ini ialah keputusan untuk bertindak dengan cara tertentu dan maksud sendiri berarti mengintervensi antara persepsi serta emosi orang dan perilaku mereka.untuk menyimpulkan maksud orang lain seseorang harus mengetahui bagaimana sebaiknya menanggapi maksud perilakunya itu.banyak konflik bertambah parah semata-mata karena salah satu pihak salah paham memahami maksud pihak lain. Dengan menggunakan sifat kooperatif (kadar sampai mana salah satu pihak berupaya memuaskan kepentingan pihak lain) dan sifat tegas (kadar sampai mana salah satu pihak berupaya memperjuangkan kepentingannya sendiri), lima maksud penanganan konflik berhasil diidentifikasi menjadi bersaing, bekerja sama,menghindar,akomodatif,dan kompromis.
Tahap 4:perilaku
Tahapan selanjutnya dalam proses terjadinya konflik adalah perilaku yang meliputi pernyataan, aksi dan reaksi yang dibuat oleh pihak-pihak yang berkonflik. Perilaku konflik ini biasanya merupakan upaya kasat mata untuk mengoperasikan maksud dari masing-masing pihak. Tetapi perilaku ini memiliki kualitas stimulus yang berbeda dari maksud.

Jika konflik bersifat disfungsional, maka perlu dilakukan berbagai teknik penting untuk meredakannya. Para manajer mengendalikan tingkat konflik dengan manajemen konflik (conflict management), yaitu pemanfaatan teknik-teknik resolusi dan dorongan (stimulasi) untuk mencapai tingkat konflik yang diinginkan
Tahap 5: akibat
Tindakan-tindakan yang menghasilkan konflik pasti memiliki konsekuensi. Akibat atau konsekuensi itu bisa bersifat fungsional, dalam arti konflik tersebut menghasilkan kinerja kelompok, atau juga bisa bersifat disfungsional karena justru menghambat kinerja kelompok.
Daftar pustaka
Goa, Hillon I. Semua orang bisa hebat. PT. Grasindo
robbins , Stephen .p., & judge. Timothy.A.(2015).Perilaku Organisasi.edisi ke 16.diterjemahkan oleh ratna saraswati dan fabriella sirait.jakarta: salemba empat.
https://www.academia.edu/5603510/Psikologi_industri_dan_organisasi_perbedaan_individu
Individual Differences in Organization

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda